Saat ini Amerika sedang bersemangat menggagas pendidikan yang mengembangkan model pembelajaran STEM (science, technology, engineering and math). Gagasan ini muncul karena dari tahun ke tahun pencapaian skor tes anak-anak AS pada pelajaran matematika dan sains terus mengalami kemerosotan. Bahkan sebagian besar anak-anak di AS mulai kehilangan minat dalam mendalami STEM. Jika hal itu terus berlanjut, masa depan Amerika sedang dipertaruhkan, mengingat bahwa sains dan teknologi berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta turut memberi sumbangsih dalam menciptakan peradapan dunia.
Amerika sangat meyakini peran besar dalam pembelajaran berbasis STEM ini. Selain Amerika, pendidikan STEM kini banyak diadopsi oleh beberapa negara. Di Taiwan, kurikulum pembelajaran mulai diintegrasikan dengan kurikulum STEM dan membuat siswa sebagai pusat kegiatan belajar (Lou, dkk, 2010). Malaysia melakukan kerjasama dengan Amerika dengan melibatkan pelajar dalam bidang STEM agar dapat bersaing dalam ekonomi abad 21. Selain negara tersebut, ada beberapa negara yang juga telah menerapkan pendidikan STEM, antara lain Finlandia, Australia, Vietnam, Tiongkok, dan Filipina. STEM telah dikembangkan di beberapa negara selama ± 3 dekade dan semakin signifikan di tahun-tahun terakhir.
Di Indonesia, melalui kerja sama dengan USAID (United States Agency for International Development), mulai mencoba mengembangkan model pembelajaran berbasis STEM ini. Suwarma, dkk (2015) telah melakukan penelitian pembelajaran IPA berbasis STEM, siswa diminta untuk merancang mobil bertenaga balon sebagai media pembelajaran dalam memahami konsep gerak lurus beraturan. Siswa kemudian ditanyai terkait respon, pengaruh, serta pemahaman yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Hasil yang diperoleh sangat baik, siswa menjadi termotivasi dan terlibat langsung dalam proses pembuatannya. Dengan adanya kegiatan pembelajaran tersebut, secara tidak langsung meningkatkan prestasi anak didik.
Selain itu, Syukri, dkk (2013) juga telah meneliti pengintegrasian pendidikan STEM dalam pembelajaran dan pengajaran sains di sekolah dasar dan menengah. Kegiatan ini telah dijalankan oleh Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) bekerjasama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh. Program STEM tersebut berupa pengintegrasian pemikiran kewirausahaan ke dalam pembelajaran dan pembelajaran sains melalui kemahiran proses sains. Modul pembelajaran dari program tersebut telah diuji di sekolah dasar dan menengah di Malaysia dan juga Aceh. Hasil yang ditunjukkan sangat memuaskan, selain prestasi dan minat pelajar dalam pembelajaran sains meningkat, sikap serta pandangan murid terhadap kewirausahaan menjadi baik.
Sebagai sebuah tren yang sedang digalakkan dalam dunia pendidikan, STEM menjadi suatu pendekatan dalam mengatasi permasalahan di dunia nyata dengan menuntun pola pikir siswa layaknya insinyur dan ilmuwan berpikir. Melalui STEM ini, siswa dituntun menjadi pemecah masalah, penemu, innovator, membangun kemandirian, berpikir logis, melek teknologi, dan mampu menghubungkan pendidikan STEM dengan dunia kerjanya. Pendidikan STEM menerapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang sengaja menempatkan penyelidikan ilmiah dan penerapan matematika dalam konteks merancang teknologi sebagai bentuk pemecahan masalah. Penyelidikan ilmiah jarang terjadi dalam pendidikan teknologi dan kegiatan mendesain teknologi jarang terjadi di kelas sains. Tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, desain dan penyelidikan ilmiah secara rutin diaplikasikan secara bersamaan sebagai teknis solusi untuk masalah dunia nyata (sanders, 2009).
Oleh karena itu, kedepannya kami Pusat Studi STEM Universitas Syiah Kuala akan berusaha untuk mengkaji STEM, mencoba menerapkannya kepada siswa sekolah menengah, membantu siswa untuk belajar sains dengan lebih menarik dan pastinya akan berbagi informasi terkait STEM education kepada para penggiat dan penikmat pendidikan sekalian.[wdi_feed id=”1″]
One thought on “STEM: Menjadikan Belajar lebih menarik”